Selasa, 30 Maret 2010

TUGAS BAHASA INDONESIA ( YA ALLAH AKU JATUH CINTA )

YA ALLAH AKU JATUH CINTA

Saya Curhat Lewat Internet ....

Awalnya “cinta lokasi” ( cinlok ) saat sama-sama kepanitiaan Ramadhan selanjutnya bisa menjalin komunikasi cinta. Di zaman kecanggihan teknologi saat ini ternyat banyak cara untuk menyiasati kegiatan “ komunikasi cinta” di bulan Ramadhan. Ya, bukan sekadar janji ketemu di suatu tempat atau pulang sekolah bareng., tapi “komunikasi cinta” bisa via telepon, SMS, atau chatting di internet. Ini seperti yang alami oleh tiga remaja kelas III SMP, masing-masing Lia, Teni, dan Fitri.
Dengan mimik muka yang malu, Lia mengatakan, dirinya belum mengenal soal pacaran, tapi kalau berteman dengan sahabat sudah dijalaninya. “Ada sih sahabat dekat yang tidak sekadar sahabat. Teman saya itu tempat curhat kalau ada masalah, ” katanya.
Biasanya Lia curhat saaat bertemu di sekolah pada jam istirahat, sehingga lebih bebas. “Banyak sih masalah remaja sehingga perlu ada teman untuk curhat. Kalau ke orang tua gimana gitu, ” ujarnya.
Fitri juga mengakui terus terang sering curhat ke teman prianya melalui telepon atau pesan pendek alias SMS. “Ya, kalau tidak ketemu bisa lewat telepon atau SMS. Rasanya ada sesuatu yang kurang apabila seminggu tidak ketemu, ” katanya tersenyum.
Bahkan, sewaktu duduk di kelas VI SD, Fitri sudah sering chatting sekadar menjalin hubungan dengan teman-temannya. “Untuk ngabuburit juga rata-rata pada chatting di internet. Saya pernah nyoba ke warnet, tapi semua warnet penuh oleh pengunjung hingga nggak jadi deh, ” ucapnya.
Selain itu, Fitri juga memanfaatkan bubaran sekolah untuk bisa pulang bareng dengan sahabat dekatnya. “Tapi kita masih menjaga norma dan nilai Islam sehingga kalaupun ada teman dekat sebatas tempat curhat, ” tuturnya.
Sedangkan, Teni mengaku sampai saat ini masih “kosong” alias belum memilki pacar. Jadi, teman di sekolah itu pun sebatas teman biasa. “Ramadhan juga biasa ajalah. Paling untuk ngabuburit pergi ke swalayan atau mall, janjian dengan teman-teman sekolah tentunya setelah shalat dan mengaji Al-Qur’an, ” katanya.
Baik Lia, Teni, maupun Fitri mengaku bulan Ramadhan berusaha menjauhi sahabat dekatnya dan lebih konsentrasi ke ibadah. “Kita isi Ramadhan ini dengan berbagai ibadah baik shalat, baca Al-Qur’an, dzikir, dan lain-lain, ” kata Lia.
Selain itu, sebagai pelajar mereka mengaku minggu-minggu ini sedang mengikuti ulangan tengah semester ( UTS ) sehingga waktunya sebagian besar untuk belajar. “Ada sih rasa pengen ketemu dengan si dia, tapi bisa kita tahan kok, ” kata Fitri.
Suatu ketika, dalam majelis koordinasi seorang akhwat berkata pada mas’ul dakwahnya, “Akhi, ana ga bisa lagi berinteraksi dengan akhfulan.”
Suara akhwat itu bergetar. Nyata sekali menekan perasaannya. Pekan lalu, ikhwan tersebut membuat ana merasa risi dan …. Afwan, terus terang juga tersinggung. Sesaat kemudian suara dibalik hijab itu mengatakan … dia jatuh cinta pada ana.
Mas’ul tersebut terkejut, tapi ditekannya getar suaranya. Dai berusaha tetap tenang. “Sabar ukhti, jangan terlalu diambil hati. Mungkin maksudnya tidak seperti yang anti bayangkan.” Sang mas’ul mencoba memenangkan terutama untuk dirinya sendiri.
“Afwan … ana tidak menangkap maksud lain dari perkataannya. Ikhwan itu mungkin tidak pernah berpikir dampak perkataannya. Kata-kata itu membuat ana sedikit banyak merasa gagal menjaga hijab ana, gagal menjaga komitmen, dan menjadi fitnah. Padahal, ana hanya berusaha menjadi bagian dari perputaran dakwah ini. “Sang akhwat kini mulai tersedak terbata.
“Ya sudah … Ana berharap anti tetap istiqamah dengan kenyataan ini, ana tidak ingin kehilangan tim dakwah oleh permasalahan seperti ini. Mas’ul itu membuat keputusan, “Ana akan ajak bicara akhfulan.”
Beberapa waktu berlalu, ketika akhirnya mas’ul tersebut mendatangi fulan yang bersangkutan. Sang akh berkata, ”Ana memang menyatakan hal tersebut, tapi apakah itu suatu kesalahan ?
Sang mas’ul berusaha menanggapinya searif mungkin. “Ana tidak menyalahkan perasaan antum. Kita semua berhak memiliki perasaan itu. Pertanyaan ana adalah, apakah antum sudah siap ketika menyatakan perasaan itu. Apakah antum mengatakannya dengan orientasi bersih yang menjamin hak-hak saudari antum. Hak perasaan dan hak pembinaanya.

Minggu, 21 Maret 2010

MAKALAH BAHASA INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laba usaha adalah salah satu ukuran penting yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja segmen maupun keseluruhan organisasi. Ada dua alternatif metode untuk pelaporan laba usaha dalam perusahaan produksi, yang tergantung pada perlakuan akuntansi terhadap biaya overhead pabrik tetap. Dua metode itu adalah variable costing dan absorption/full costing. Untuk pelaporan keuangan kepada pihak luar, biaya produk pabrikasi biasanya terdiri atas bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Pelaporan semua biaya ini sebagai biaya produk yang disebut penentuan biaya pokok absorpsi dan diharuskan dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Meskipun demikian, format pelaporan keuangan dengan penentuan biaya pokok variabel dapat pula dipakai untuk pengambilan keputusan manajerial. Variable costing lebih disukai oleh manajer untuk pembuatan keputusan internal dan harus digunakan apabila laporan laba rugi disusun dengan format kontribusi. Biasanya, absorption costing dan variable costing menghasilkan perhitungan laba bersih yang berbeda dan perbedaan tersebut dapat sangat besar. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang variable costing dan absorption costing.

1.2 Identifikasi Masalah

Perhitungan biaya variabel (variable costing) merupakan metode perhitungan biaya produk yang hanya membebankan harga pokok produksi variabel ke produksi. Termasuk didalamnya adalah bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik variabel. Biaya overhead pabrik tetap tidak diperlakukan sebagai biaya produk dalam metode ini. Sedangkan perhitungan biaya penyerapan/penuh (absorption costing/full costing) merupakan metode perhitungan biaya produk yang membebankan seluruh harga pokok produksi ke suatu produk. Bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead pabrik variabel, dan overhead pabrik tetap adalah hal-hal yang menentukan biaya produk

Dalam penyusunan penulisan ini dapat diidentifikasikan masalah tentang :

1. Apakah keunggulan dan kelemahan perhitungan biaya variabel ?

2. Apakah keunggulan dan kelemahan perhitungan biaya penyerapan ?

3. Bagaimana perhitungan biaya variabel dapat digunakan dalam perencanaan dan pengendalian ?

1.3 Pembatasan Masalah

Ruang lingkup penulisan ini dibatasi pada perbedaan perhitungan biaya variabel dan biaya penyerapan dalam memperoleh laba usaha.

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan perhitungan biaya variabel.

2. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan perhitungan biaya penyerapan.

3. Untuk menjelaskan perhitungan biaya variabel yang digunakan dalam perencanaan dan pengendalian.

1.5 Manfaat atau Kegunaan Penulisan

1. Manfaat akademis, untuk lebih memahami perbedaan perhitungan biaya variabel dan biaya penyerapan dalam memperoleh laba usaha.

2. Manfaat praktis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para manajer untuk lebih memahami perbedaan perhitungan biaya variabel dan biaya penyerapan dalam memperoleh laba usaha

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perhitungan Biaya Variabel (Variable Costing)

Perhitungan biaya variabel (variable costing) merupakan metode perhitungan biaya produk yang hanya membebankan harga pokok produksi variabel ke produksi. Termasuk didalamnya adalah bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik variabel. Biaya overhead pabrik tetap tidak diperlakukan sebagai biaya produk dalam metode ini. Sebaliknya, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai biaya periodik, seperti beban administrasi dan penjualan, beban tersebut dibebankan secara utuh kedalam pendapatan setiap periodenya. Konsekuensinya, biaya per unit produk dalam persediaan atau dalam harga pokok penjualan dalam metode perhitungan biaya variabel tidak mengandung elemen biaya overhead tetap. Perhitungan biaya variabel sering disebut sebagai perhitungan biaya langsung (direct costing) atau perhitungan biaya marginal (marginal costing). Laporan laba rugi yang dihasilkan oleh sistem variable costing memperlihatkan marjin kontribusi barang yang dihasilkan, informasi yang sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan.

Pendekatan variable costing tidak diperkenakan untuk pelaporan keuangan kepada pihak luar. Meskipun demikian, banyak perusahaan yang memakai metode variable costing untuk tujuan internal (akuntansi manajemen) dan format full costing atau absorption costing untuk tujuan eksternal. Diperlukan tiga langkah dalam aplikasi penentuan variable costing :

1. Semua biaya-pabrikasi, penjualan dan administrasi dianalisis secara cermat guna menentukan mana yang berperilaku variabel dan mana yang berperilaku tetap. Biaya campuran dipisahkan ke dalam unsur variabel dan unsur tetap dengan menerapkan metode estimasi biaya.

2. Biaya pabrikasi variabel-bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik variabel-dibebankan (dilekatkan) sebagai biaya produk. Oleh karena itu, persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi, dan biaya pokok penjualan dibiayakan dengan berdasarkan pada biaya pabrikasi yang bervariasi sejalan dengan tingkat produksi.

3. Semua biaya overhead pabrik tetap serta beban penjualan dan administratif diperlakukan sebagai biaya periode dan dibebankan ke laporan laba rugi pada saat dikeluarkan. Kendatipun demikian, beban penjualan dan administratif variabel dipisahkan dari beban penjualan dan administratif tetap tatkala disajikan pada laporan laba rugi. Beban penjualan dan administratif variabel serta biaya pabrikasi variabel dikurangkan dari pendapatan penjualan guna menentukan marjin kontribusi pada periode berjalan. Sebaliknya, beban penjualan dan administratif tetap serta biaya overhead pabrik tetap dikurangkan dari marjin kontribusi guna menentukan laba bersih selam periode berjalan.

2.2 Perhitungan Biaya Penyerapan/Penuh (Absorption Costing atau Full Costing)

Perhitungan biaya penyerapan/penuh (absorption costing/full costing) merupakan metode perhitungan biaya produk yang membebankan seluruh harga pokok produksi ke suatu produk. Bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead pabrik variabel, dan overhead pabrik tetap adalah hal-hal yang menentukan biaya produk. Jadi, menurut perhitungan biaya absorpsi, overhead pabrik tetap dipandang sebagai biaya produk, bukan biaya periode. Karena absorption costing atau full costing meliputi semua biaya produksi sebagai biaya produk, metode ini sering kali disebut sebagai metode biaya penuh (full cost method).

Klasifikasi Biaya─Perhitungan Biaya Penyerapan vs Variabel

Perhitungan Perhitungan

Biaya Penyerapan Biaya Variabel

Bahan baku langsung

Biaya Tenaga kerja langsung Biaya

Produk Overhead pabrik variabel produk

Overhead pabrik tetap

Biaya Beban penjualan dan administrasi variabel Biaya

periodik Beban penjualan dan administrasi tetap periodik

Pemilihan antara perhitungan biaya variabel atau perhitungan biaya penyerapan mempunyai pengaruh atas nilai persediaan dan laba karena variasi dalam perlakuan biaya overhead pabrik tetap. Walaupun laba bisa berbeda di antara kedua metode perhitungan biaya tadi, lada dengan perhitungan biaya variabel tidaklah selalu tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan perhitungan biaya penyerapan. Perbedaan laba di antara kedua metode tersebut ditentukan oleh hubungan produksi dengan penjualan. Dengan menganggap biaya pabrikasi tetap per unit senantiasa sama dari satu periode ke periode lainnya, mencuat tiga kemungkinan laba bersih dari kedua metode tersebut:

Hubungan antara Produksi dan Penjualan untuk Periode yang Bersangkutan

Akibat pada Persediaan

Hubungan antara Laba Bersih Perhitungan biaya Penyerapan dan Perhitungan Biaya Variabel

Produksi = Penjualan

Persediaan tidak berubah

Perhitungan biaya penyerapan = Perhitungan biaya variabel

Produksi > Penjualan

Persediaan meningkat

Perhitungan biaya penyerapan > Perhitungan biaya variabel

Produksi <>

Persediaan menurun

Perhitungan biaya penyerapan <>

Besarnya perbedaan laba merupakan fungsi biaya overhead pabrik tetap per unit dan perubahan tingkat persediaan.

2.3 Perbandingan Laporan Laba Rugi dengan Perhitungan Biaya Penyerapan dan Variabel

Pada saat metode perhitungan biaya penyerapan yang digunakan, laporan laba rugi biasanya diformat dengan menggunakan format fungsional, yang mengklafikasikan biaya berdasarkan fungsi biaya seperti pabrikasi, penjualan, dan administrasi. Format laporan laba rugi fungsional mengurangkan biaya pabrikasi dari pendapatan untuk mencari laba kotor. Sedangkan untuk mencari laba bersihnya, biaya penjualan dan administrasi dikurangkan dari laba kotor. Laporan laba rugi perhitungan biaya penyerapan tidak membedakan antara biaya tetap dan variabel sehingga metode ini tidak cocok untuk perhitungan biaya-volume-laba yang penting untuk perencanan dan pengendalian yang baik.

Apabila digunakan metode perhitungan biaya variabel, perusahaan dapat menyusun laporan laba rugi yang mengklafikasikan semua beban dari segi perilakunya sebagai tetap atau variabel. Dengan komponen biaya variabel yang terpisah dari biaya tetap, maka dapat disusun laporan laba rugi dengan format marjin kontribusi. Dengan adanya informasi marjin kontribusi, pembaca laporan keuangan dapat membuat estimasi wajar terhadap seberapa banyak laba akan berubah disebabkan adanya perubahan penjualan. Sehingga metode dapat digunakan untuk perhitungan biaya-volume-laba.

Pada dasarnya, perbedaan antara metode perhitungan biaya penyerapan dan perhitungan biaya variabel terletak pada waktu. Pendukung metode perhitungan biaya variabel menyatakan bahwa biaya produksi tetap harus segera dibebankan secara total, sedangkan pendukungn perhitungan biaya penyerapan menyatakan bahwa biaya produksi tetap harus dibebankan pada pendapatan sesuai jumlah unit yang terjual. Setiap unit yang tidak terjual dalam perhitungan biaya penyerapan menyebabkan biaya tetap dimasukkan pada persediaan dan akan dimasukkan ke periode berikutnya sebagai aktiva atau aset.

2.4 Keunggulan dan Kelemahan Perhitungan Biaya Variabel

Laporan laba rugi yang disusun dengan metode perhitungan biaya variabel lebih menitikberatkan pada penyajian pos biaya sesuai dengan tingkah laku biaya dan berhubungan dengan perubahan volume kegiatan. Berikut ini contoh format laporan laba rugi dengan perhitungan biaya variabel:

Hasil penjualan Rp.xxxxx

Biaya produksi variabel Rp.xxxxx

Biaya pemasaran variabel Rp.xxxxx

Biaya admn&umum variabel Rp.xxxxx

Rp.xxxxx-

Laba kontribusi Rp.xxxxx

Biaya produksi tetap Rp.xxxxx

Biaya pemasaran tetap Rp.xxxxx

Biaya admn&umum tetap Rp.xxxxx

Rp.xxxxx-

Laba operasi Rp.xxxxx

Keunggulan metode perhitungan biaya variabel adalah memberikan informasi untuk tujuan interen manajemen yang berguna (lebih cepat) untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan, misalnya:

· Perencanaan laba, yaitu membantu manajemen untuk mengetahui besarnya laba kontribusi, yang sangat berguna untuk perencanaan laba dengan analisis hubungan biaya-volume-laba.

· Dapat secara langsung mengetahui pengaruh biaya tetap terhadap laba. Pengaruh biaya tetap terhadap laba lebih ditekankan sebab jumlah total biaya untuk periode tersebut lebih kelihatan dalam laporan laba rugi. Dalam laporan laba rugi, semua biaya tetap dikumpulkan dan disajikan menjadi biaya periode.

Kelemahan pada metode ini adalah selain kurang praktis karena menuntut adanya pengelompokan biaya variabel dan biaya tetap, juga laporan yang dihasilkan hanya untuk pihak interen saja (tidak sesuai dengan laporan eksternal).

2.5 Keunggulan dan Kelemahan Perhitungan Biaya Penyerapan

Laporan laba rugi yang disusun dengan metode perhitungan biaya penyerapan menitikberatkan pada penyajian elemen biaya sesuai fungsi pokok yang ada dalam perusahaan. Berikut ini contoh formatnya:

Hasil penjualan Rp.xxxxx

Harga pokok penjualan Rp.xxxxx-

Laba kotor Rp.xxxxx

Biaya pemasaran Rp.xxxxx

Biaya admn&umum Rp.xxxxx

Rp.xxxxx-

Laba operasi Rp.xxxxx

Keunggulan dari metode ini adalah sebagai berikut:

· Praktis dan memerlukan penggolongan biaya tetap dan variabel.

· Perhitungan biaya penyerapan lebih menarik bagi para akuntan dan manajer karena mereka percaya metode ini lebih baik dalam menggambarkan penandingan biaya dan pendapatan.

· Pada tingkat tertentu, perhitungan biaya penyerapan diterima sebagai metode yang digunakan untuk menyiapkan laporan eksternal yang diwajibkan dan laporan pajak penghasilan. Dengan alasan biaya dan kemungkinan kebingungan untuk membuat sistem perhitungan ganda, satu untuk eksternal dan satu lagi untuk internal maka kebanyakan perusahaan menggunakan perhitungan biaya penyerapan untuk laporan eksternal dan internal.

Kelemahan pada metode ini adalah tidak dapat menginformasikan bagi manajemen mengenai berapakah biaya produksi variabel untuk menghasilkan suatu produk, sehingga manajemen untuk (tujuan interen) pengambilan keputusan khususnya perencanaan jangka pendek mengalami kesulitan, misalnya: keputusan untuk membeli atau membuat suatu produk.

2.6 Perhitungan Biaya Variabel untuk Perencanaan dan Pengendalian

Perencanaan keuangan mengharuskan para manajer mengestimasi penjualan masa depan, tingkat produksi masa depan, dan biaya masa depan. Karena ramalan penjualan yanng menjadi dasar penyusunan anggaran merupakan sesuatu yang tidak pasti, maka manajemen mungkin ingin mengetahui beberapa tingkat penjualan yang berbeda untuk menilai rentang kemungkinan yang dihadapi perusahaan. Pemahaman terhadap perilaku biaya merupakan hal penting bagi pencapaian hasil ini. Biaya tetap tidak berubah apabila penjualan berubah, sehingga pembedaan antara biaya tetap dan variabel adalah penting untuk melakuakan penilaian biaya secara akurat pada berbagai volume penjualan dan produksi yang mungkin.

Apabila kinerja aktual berbeda dari apa yang diharapkan, maka tindakan perbaikan barangkali diperlukan. Melalui pembandingan hasil aktual dengan hasil yang diharapkan dan pelaksanaan tindakan korektif bila diperlukan, manajer melakukan pengendalian. Walaupun demikian, agar proses pengendalian berhasil, perilaku biaya harus benar-benar dipahami.

Misalkan rencana keuangan menghendaki suatu produksi selama satu tahun dan biaya utilitas yang telah direncanakan selama satu. Apakah biaya utilitas yang terjadi sesuai dengan yang direncanakan?

Menurut pendekatan perhitungan biaya penyerapan, rencana tampak berjalan dengan baik tapi sayang mengabaikan perilaku biaya. Hal itu mengasumsikan bahwa semua biaya adalah variabel. Maka rencana yang diinginkan tidak berjalan sesuai yang direncanakan. Sinyal yang tepat mengenai rencana biaya utilitas muncul apabila perilaku biaya dipertimbangkan. karena Pentingnya pembedaan antara biaya tetap dan variabel yang merupakan dasar perhitungan biaya variabel. Maka dapat disimpulkan bahwa perhitungan biaya variabel lebih unggul daripada perhitungan biaya penyerapan untuk tujuan-tujuan internal.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keunggulan Absorption Costing adalah praktis dan memerlukan penggolongan biaya tetap dan variabel sedangkan kelemahan metode ini adalah tidak dapat menginformasikan bagi manajemen mengenai berapakah biaya produksi variabel untuk menghasilkan suatu produk sehingga pihak manajemen mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan untuk perencanaan jangka pendek.

Keunggulan Varibel Costing adalah memberikan informasi yang cepat bagi pihak manjemen (interen) untuk perencanaan, pengendalian biaya dan pengambilan keputusan, misalnya dalam perencanaan laba (mengetahui besarnya laba kontribusi) dan dapat secara langsung mengetahui pengaruh biaya tetap terhadap laba. Kelemahan dari metode ini adalah kurang praktis karena menuntut adanya pengelompokkan biaya variabel dan tetap dan laporan yang dihasilkan hanya untuk pihak interen saja.

DAFTAR PUSTAKA

Garrison, Ray H dan Noreen Eric W, 2000. Akuntansi Manajerial. Salemba Empat, Jakarta.

Hansen, Don R dan Mowen Maryanne M, 2005. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat, Jakarta.

Henry Simamora, 2002. Akuntansi Manajemen. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.