Sabtu, 21 April 2012

TUGAS AKUNTANSI INTERNASIONAL


PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN
I. Pendahuluan
Perkembangan sistem pengungkapan sangat berkaitan dengan perkembangan sistem akuntansi. Standar dan praktik pengungkapan dipengaruhi oleh sumber-sumber keuangan, sistem hukum, ikatan politik dan ekonomi, tingkat pembangunan ekonomi, tingkat pendidikan, budaya, dan pengaruh lainnya. 
Perbedaan nasional dalam pengungkapan umumnya didorong oleh perbedaan dalam tata kelola perusahaan dan keuangan. Di Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara Anglo Amerika lainnya, pasar ekuitas menyediakan kebanyakan pendanaan yang dibutuhkan perusahaan sehingga menjadi sangat maju. Di pasar-pasar tersebut, kepemilikan cenderung tersebar luas di antara banyak pemegang saham dan perlindungan terhadap investor sangat ditekankan. Investor institusional memainkan peranan yang semakin penting di negara-negara ini, menuntut pengembalian keuangan dan nilai pemegang saham yang meningkat.
Di kebanyakan negara-negara lain (seperti Prancis, Jepang dan beberapa negara pasar yang berkembang), Kepemilikan saham masih masih tetap sangat terkonsentrasi dan bank (dan atau pemilik keluarga) secara tradisional menjadi sumber utama pembiayaan perusahaan. Bank-bank ini, kalangan dalam dan lainnya memperoleh banyak informasi mengenai posisi keuangan dan aktivitas perusahaan.
Konsep – Konsep pengungkapan
1. Pengungkapan Cukup
Pengungkapan cukup adalah pengungkapan yang di wajibkan oleh standar akuntansi yang berlaku.
2. Pengungkapan Wajar
Pengungkapan wajar merupakan konsep yang bersifat lebih positif, pengungkapan yang wajar merupakan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan
3. Pengungkapan Penuh
Praktik Pelaporan dan Pengungkapan
Aturan pengungkapan sangat berbeda di seluruh dunia dalam beberapa hal seperti laporan arus kas dan perubahan ekuitas, transaksi pihak terkait, pelaporan segmen, nilai wajar aktiva dan kewajiban keuangan dan laba per saham. Pada bagian ini perhatian dipusatkan pada :
1. Pengungkapan Informasi yang melihat masa depan, mencakup :
a. ramalan pendapatan, laba rugi, laba rugi per saham (EPS), pengeluaran modal, dan pos keuangan lainnya
b. informasi prospektif mengenai kinerja atau posisi ekonomi masa depan yang tidak terlalu pasti bila dibandingkan dengan proyeksi pos, periode fiskal, dan proyeksi jumlah 
c. laporan rencana manajemen dan tujuan operasi di masa depan.
Kebanyakan perusahaan di masing-masing negara menyajikan pengungkapan informasi mengenai rencana dan tujuan manjemen. Sebaliknya lebih sedikit perusahaan yang mengungkapkan ramalan, dari paling rendah dua perusahaan di Jepang dan paling tinggi 31 perusahaan di Amerika Serikat. Kebanyakan ramalan di AS dan Jerman menyangkut pengeluaran modal, bukan laba dan penjualan.
2. Pengungkapan Segmen
Permintaan investor dan analis akan informasi mengenai hasil operasi dan keuangan segmen industri tergolong signifikan dan semakin meningkat. Contoh, para analis keuangan di Amerika secara konsisten telah meminta data laporan dalam bentuk disagregat yang jauh lebih detail dari yang ada sekarang. Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) juga membahas pelaporan segmen yang sangat mendetail. Laporan ini membantu para pengguna laporan keuangan untuk memahami secara lebih baik bagaimana bagian-bagian dalam suatu perusahaan berpengaruh terhadap keseluruhan perusahaan.
3. Laporan Arus Kas dan Arus dana
IFRS dan standar akuntansi di Amerika Serikat, Inggris, dan sejumlah besar negara-negara lain mengharuskan penyajian laporan arus kas.
4. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Saat ini perusahaan dituntut untuk menunjukkan rasa tanggung jawab kepada sekelompok besar yang disebut sebagai pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) – karyawan, pelanggan, pemasok, pemerintah, kelompok aktivis, dan masyarakat umum.
Informasi mengenai kesejahteraan karyawan telah lama menjadi perhatian bagi organisasi buruh. Bidang permasalahan yang yang menjadi perhatian terkait dengan kondisi kerja, keamanan pekerjaan, kesetaraan dalam kesempatan, keanekaragaman angkatan kerja dan tenaga kerja anak-anak. Pengungkapan karyawan juga diminati oleh para investor karena memberikan masukan berharga mengenai hubungan kerja, biaya, dan produktivitas perusahaan.
5. Pengungkapan khusus bagi para pengguna laporan keuangan non domestik dan atas prinsip akuntansi yang digunakan
Laporan keuangan dapat berisi pengungkapan khusus untuk mengakomodasi para pengguna laporan keuangan nondomestik. Pengungkapan yang dimaksud seperti :
a. ”Penyajian ulang untuk kenyamanan” informasi keuangan ke dalam mata uang nondomestik
b. Penyajian ulang hasil dan posisi keuangan secara terbatas menurut keompok kedua standar akuntansi
c. Satu set lengkap laporan keuangan yang disusun sesuai dengan kelompok kesua standar akuntansi; dan beberapa pembahasan mengenai perbedaan antara prinsip akuntansi yang banyak digunakan dalam laporan keuangan utama dan beberapa set prinsip akuntansi yang lain.
Banyak perusahaan di negara-negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama juga melakukan penerjemahan seluruh laporan tahunan dari bahasa negara asal ke dalam bahasa Inggris. Juga, beberapa perusahaan menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi yang diterima secara lebih luas daripada standar domestik (khususnya IFRS atau GAAP AS) atau yang sesuai dengan baik standar domestik maupun kelompok kedua prinsip akuntansi.
Implikasi Bagi Para Pengguna Laporan Keuangan Dan Para Manajer
Para manajer dari banyak perusahaan terus-menerus sangat dipengaruhi oleh biaya pengungkapan informasi yang bersifat wajib, tingkat pengungkapan wajib maupun sukarela semakin meningkat di seluruh dunia. Manajer di negara-negara yang secara tradisional memiliki pengungkapan rendah harus mempertimbangkan apakah menerapkan kebijakan peningkatan pengungkapan dapat memberikan manfaat dalam jumlah yang signifikan bagi perusahaan mereka. Lagipula, para manajer yang memutuskan untuk memberikan pengungkapan yang lebih banyak dalam bidang-bidang yang dipandang penting oleh para investor dan analis keuangan, seperti pengungkapan segmen dan rekonsiliasi, dapat memperoleh keunggulan kompetitif dari perusahaan lain yang memiliki kebijakan pengungkapan yang ketat. 
Sumber Bahan ajar Ibu MEIFIDA ILYAS, SE, MSi.AKUNTANSI INTERNASIONAL
HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL
1. Harmonisasi Akuntansi Internasional
Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kompatibilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut dapat beragam.
2. Survei Harmonisasi
1. Keuntungan Harmonisasi Internasional.
2. Kritik atas Standar Internasional.
3. Rekonsiliasi dan Pengakuan Bersama.
4. Evaluasi.
5. Penerapan Standar Internasional.
3. Sekilas Mengenai Organisasi Internasional Utama yang Mendorong Harmonisasi Akuntansi 
1. Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB)
2. Komisi Uni Eropa (EU)
3. Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO)
4. Federasi Internasional Akuntan (IFAC)
5. Kelompok Kerja Ahli Antarpemerintah Perserikatan Bangsa-bangsa atas Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan (International Standards of Accounting and Reporting – ISAR), bagian dari Konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa dalam Perdagangan dan Pembangunan (United Nations Conference on Trade and Development – UNCTAD).
6.  Kelompok Kerja dalam Standar Akuntansi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Kelompok Kerja OECD).
4. Respons Komisi Pasar Modal AS terhadap IFRS
Namun demikian, SEC juga menyatakan bahwa tiga kondisi harus dipenuhi oleh perusahaan sebelum SEC dapat menerima standar IASB. Dengan menyatakan tiga kondisi ini (dalam daftar berikut), SEC telah menunjukkan flesibilitas besar dalam hal sejauh mana dapat menerima penggunaan IFRS oleh para emiten asing.
1. Standar harus mencakup bagian inti ketentuan akuntansi yang menentukan dasar akuntansi yang komprehensif dan secara umum dapat diterima.
2. Standar harus berkualitas tinggi, menghasilkan daya banding dan transparansi, serta memberikan pengungkapan penuh.
3. Standar harus diinterpretasikan dan diterapkan dengan ketat.
5. Kesimpulan
Perbedaannya sekarang bukan lagi apakah untuk mengharmonisasi atau bahkan bagaimana melakukan harmonisasi. Badan Standar Akuntansi Internasional merupakan titik pusat usaha-usaha ini. Pada masa sekarang, merupakan hal yang tidak mungkin unruk membahas permasalahan aturan pasar modal dan bursa efek tanpa mempertimbangkan harmonisasi internasional untuk prinsip akuntansi, pengungkapan dan atau audit.  
Sumber : Pusat Pengembangan Bahan Ajar Bapak R. Luki karunia SE.AK.MK
PERUBAHAN HARGA (INFLASI)
I. Pendahuluan
Bila ditinjau dalam jangka panjang, sejak kemerdekaan, upaya Pemerintah Indonesiamenjaga kestabilan mata uang telah menuju ke arah yang lebih baik. Prof. M. Sadli,2005, mengungkapkan bahwa inflasi di Indonesia tinggi sekali di zaman PresidenSukarno, karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent (kalau perluuang, cetak saja). Di zaman Suharto pemerintah berusaha menekan inflasi akan tetapitidak bisa di bawah 10% setahun rata-rata, antara lain oleh karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai agent of development, yang bisa mengucurkankredit likuiditas tanpa batas. Baru di zaman reformasi, mulai di zaman Presiden Habibiemaka fungsi Bank Indonesia mengutamakan penjagaan nilai rupiah. Tetapi karenasejarah dan karena inflationary expectations masyarakat (yang bertolak ke belakang,artinya bercermin kepada sejarah) maka ³inflasi inti´ masih lebih besar daripada 5 persen setahun.Pada tahun 1990-an, Pemerintahan Soeharto juga sebenarnya telah mampu menjagatingkat inflasi dengan rata-rata di bawah 10%. Hanya saja ketika memasuki masa krisismoneter Indonesia dan Asia 1997 Inflasi kembali meningkat menjadi 11,10% dankemudian melompat menjadi 77,63% pada tahun 1998, di mana saat itu nilai tukar rupiah juga anjlok dari Rp 2.909,- per dolar AS (1997) menjadi Rp 10.014,- per dolar AS (1998). Setelah itu Pemerintahan Habibie melakukan kebijakan moneter yang sangatketat dan menghasilkan tingkat inflasi yang (paling) rendah yang pernah dicapai yaitusebesar 2,01% pada tahun 1999.Selanjutnya pada tahun 2000 hingga 2006 Inflasi terus terjadi dengan nilai yangterbilang tinggi, yaitu dengan rata-rata mencapai 10%. Inflasi tahun 2005 dengan nilaisebesar 17,11% adalah inflasi tertinggi pasca krisis moneter Indonesia (1997/1998),tekanan akan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan menjadifaktor utama tingginya inflasi tahun 2005. Tingginya harga minyak di pasar internasional menyebakan Pemerintah berusaha untuk menghapuskan subsidi BBM.
II. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian inflasi?
2. Apa saja jenis-jenis, teori, biaya inflasi dan cara menghitung inflasi?
III. Pembahasan
A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bilakenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dariharga barang-barang lain, Boediono (1982: 155). Dalam praktek, inflasi dapat diamatidengan mengamati gerak dari indek harga. Tetapi di sini harus diperhitungkan ada tidaknya suppressed inflation (inflasi yang ditutupi).
B. Jenis Inflasi
Berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 4 kategori utama,Putong (2002: 260), yaitu:
a. Inflasi merayap/rendah (creeping Inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurangdari 10% pertahun.
b. Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10-30% pertahun.
c. Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30-100% pertahun.
d. Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknyaharga secara drastis hingga mencapai 4 digit (di atas 100%).
Berdasarkan sebabnya inflasi dibagi menjadi 2, Putong (2002: 260), yaitu:
a. Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhanyang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapaikesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai denganhukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap, makaharga akan naik.
b. Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan,nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh / menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuatdan sebagainya).
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi 2, Putong (2002: 260), yaitu:
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karenaterjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat padaanggaran belanja negara.
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri, karena negara-negara yang menjadi mitradagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, harga-harga barang dan jugaongkos produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.
C. Teori Inflasi
Secara garis besar ada 3 (tiga) kelompok teori mengenai inflasi. Ketiga teori itu adalah, Boediono (1982: 169-170):
a. Teori Kuantitas (persamaan pertukaran dari Irving Fisher: MV=PQ)Teori kuantitas adalah teori yang paling tua mengenai inflasi, namun teori ini masihsangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman modern ini, terutama dinegara-negara yang sedang berkembang.
b. Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar bataskemampuan ekonomisnya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki antaragolongan-golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar daripada jumlah barang yang tersedia (yaitu, apabila timbul inflationary gap).
c. Teori strukturalis adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman dinegara-negara Amerika Latin. Teori ini memberikan tekanan pada ketegaran(inflexibilities) dari struktur perekonomian negara-negara sedang berkembang. Teoristrukturalis adalah teori inflasi jangka panjang. Disebut teori inflasi jangka panjangkarena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor structural dari perekonomian (yang,menurut definisi, faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang).
D. Biaya Inflasi
Biaya Inflasi yang diharapkan muncul karena hal-hal sebagai berikut, Putong (2002:262-263):
a. Shoe leather cost (biaya kulit sepatu) adalah istilah yang menyatakan bahwa bilainflasi sesuai dengan harapan maka relatif penetapan suku bunga bank akan lebih besar dari tingkat inflasi.
b. Menu cost (biaya menu), yaitu biaya yang muncul karena perusahaan harus seringmengubah harga dan itu berarti harus mencetak dan mengedarkan katalog baru.
c. Complaint and opportunity loss cost (biaya komplain dan hilangnya kesempatan).Bila perusahaan dengan sengaja tidak mau mengganti katalog baru, maka perusahaanakan mengalami kerugian karena harga akan naik sementara perusahaan menjualdengan harga lama. Bila tidak sengaja, maka perusahaan akan mendapat komplaindari pelanggan karena harga tidak sesuai dengan catalog (khusus untuk Negara yangkonsumerismenya relative sangat baik).
d. Biaya perubahan peraturan/undang-undang pajak.
e. Biaya ketidaknyamanan hidup.Biaya inflasi yang tidak diharapkan:
· Redistribusi pendapatan antara debitor dengan kreditor.
· Penurunan nilai uang pensiunan.
E. Rumus Menghitung Inflasi
Adapun rumus untuk menghitung inflasi adalah:
I. In = IHKn+IHKn-1  X 100 %
IHKn-1
II. In = DFn + DFn -1  X 100 %
DFn -1
In adalah inflasi, IHK n adalah harga konsumen tahun dasar (dalam hal ini nilainya 100,IHK n-1 adalah indeks harga konsumen tahun berikutnya. Df n adalah GNP atau PDB deflator tahun berikutnya, Df n-1 adalah GNP atau PDB deflator tahun awal (sebelumnya).
IV. Kesimpulan
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terusmenerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bilakenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain.
Inflasi digolongkan menurut beberapa cara, dapat menurut laju inflasi (ringan, sedang, berat, hiper inflasi), sebab awalnya (demand atau cost inflation), asalnya (domestic atauimported inflation).
Ada 3 teori utama mengenai inflasi. Teori Kuantitas menekankan bahwa penyebab utamainflasi adalah pertambanahn jumlah uang beredar dan psikologi masyarakat mengenaikenaikan harga di masa mendatang. Teori Keynes: inflasi terjadi karenan masyarakat hidupdiluar batas kemampuan sekonomisnya.. Teori strukturalis: sebab inflasi adalah darikekakuan struktur ekonomi.
Biaya Inflasi. Biaya Inflasi yang diharapkan muncul adalah: Shoe leather cost, Menu cost,Complaint and opportunity loss cost, Biaya perubahan peraturan/undang-undang pajak, danBiaya ketidaknyamanan hidup. Biaya inflasi yang tidak diharapkan: Redistribusi pendapatan antara debitor dengan kreditor dan Penurunan nilai uang pensiunan.Dampak inflasi antara lain engara rentan timbul kekacauan, masyarakat menarik tabungan, bank kekurangan dana dam bangkrut, harga semakin naik, distribusi barang tidak adil, produsen bangkrut, dampak positifnya adalah masyarakats emakinselektif memilih barang,menumbuhkan industri kecil, dan pengangguran berkurang karena banyak wirausahawan.Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi inflasi adalah yang berkaitandengan Kebijaksanaan Moneter, Kebijakan Fiskal, Kebijakan yang Berkaitan denganOutput, Kebijaksanaan Penetuan Harga dan Indexing, Sanering, dan Devaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, Adwin. 1999.INFLASI DI INDONESIA: SUMBER-SUMBER PENYEBAB DAN  PENGENDALIANNYA, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei  1999,Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi,Universitas Kristen Petra.
Nopirin. 2000. Ekonomi Makro, Buku 2, Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.

Jumat, 20 April 2012

TUGAS ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI (Risiko Pembiayaan Mudharabah Dan Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah)


Risiko Pembiayaan Mudharabah Dan
Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah

Azmi Fitriati
(FE Univesitas Muhammadiyah Uhamka)

ABSTRACT

            This study was aimed to (1) measure unexpected loss of mudharabah and murabahah funding on Bank Muamalat Indonesia; (2) test whether credit risk measurement with internal model is acceptable. Datas has used on mudharabah and murabahah funding during 2008. Internal model (CreditMetrics) is used to measured unexpected loss This study has shown that mudharabah has more risking than murabahah funding. BMI can be used more their capital to expand funding if they using internal model than standard model.     

Keyword: CreditMetrics, standard model, internal model, risk management, mudharabah, murabahah funding, capital charge


I. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
            Salah satu ciri ekonomi Islam adalah adanya sistem bagi hasil untuk tujuan produktif (Chapra, 2000). Pembiayaan dengan skim bagi hasil (mudharabah) ditujukan untuk usaha yang produktif yang akan menunjang pertumbuhan sektor riil. Pembiayaan berbasis bagi hasil perlu dikembangkan karena memiliki berbagai keunggulan, seperti mengedepankan prinsip kemitraan dan keadilan (Arifin, 1999). Peningkatan persentase pembiayaan berbasis bagi hasil ini menjadi penting, karena selain merupakan esensi dari ekonomi Islam khususnya perbankan Islam, dari sisi makro ekonomi, pembiayaan berbasis bagi hasil menggunakan equity financing dapat memperkuat fondasi ekonomi, meningkatkan investasi serta menyerap tenaga kerja yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan masyarakat. Pembiayaan berbasis bagi hasil berdampak positif terhadap ekonomi makro.
            Sampai tahun 2009, perkembangan perbankan syariah meningkat. Hal ini ditandai dengan berdirinya Bank Umum Syariah, Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah maupun bank umum yang membuka Unit Usaha Syari’ah merambah dihampir seluruh wilayah Indonesia.         Terjadi peningkatan pula jumlah dana masyarakat yang dihimpun dan disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Komposisi pembiayaan masih didominasi oleh pembiayaan murabahah, pada akhir tahun 2009 mencapai 59,81% dengan 546.213 nasabah (Bank Indonesia, 2009).
            Dominasi skim murabahah, karena perbankan syariah masih mengandalkan sumber pendapatan yang sifatnya lebih pasti. Return atas pembiayaan murabahah jauh lebih pasti dibandingkan dengan mudharabah (Rosita,  2005), Algaoud dan Lewis (2001), Samad dan Hasan (1999). Menurut Ascarya dan Yumanita (2005), Mulyawan (2003) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perbankan syariah masih enggan untuk memperbesar porsi pembiayaan mudharabah, yaitu pertama, faktor risiko yang masih tinggi. Kedua, kesulitan perbankan syariah dalam mencari pengusaha yang jujur dan amanah. Ketiga, rentannya model pembiayaan mudharabah terhadap perilaku moral hazard.
            Akan tetapi fenomena adanya indikasi moral hazard dalam keseimbangan jangka panjang, peningkatan rasio pembiayaan muarabahah terhadap pembiayaan mudharabah justru akan meningkatkan Non Performing Financing (pembiayaan bermasalah). Indikasi moral hazard menunjukkan bahwa bank kurang memperhitungkan risiko dalam menyalurkan pembiayaan kepada debitur. Hal ini juga menunjukkan masih lemahnya manajemen risiko di perbankan syariah, termasuk dalam pengukuran risiko pembiayaan kurang akurat (Wiliasih, 2005).
            Pengukuran risiko pembiayaan pada perbankan syariah menggunakan model standar, yaitu 100% untuk pembiayaan mudharabah pada perusahaan yang unrated dan 50% untuk pembiayaan murabahah. Hal ini berarti bahwa semua pembiayaan dengan kualitas pembiayaan lancar maupun macet, mempunyai bobot risiko yang sama, yaitu 100% untuk pembiayaan mudharabah dan 50% untuk pembiayaan murabahah. Karena itu bank dalam memprediksikan risiko pembiayaan tidak akurat. Dewi (2005) dan Fachrizah (2004) mengkaji kelemahan model standar dalam pengukuran risiko pembiayaan: (1) tingkat risiko pembiayaan dengan model standar berdasarkan jenis pembiayaan (single rate) bukan pada kualitas nasabahnya; (2) model standar tidak memperhitungkan jaminan (collateral); (3) model standar tidak memperhitungkan kemungkinan perubahan kualitas pembiayaan nasabah (rating migration). Fitriati, dan Edy J. Setyadi (2008), menyatakan penggunaan model internal dapat meminimalisir kelemahan pengukuran risiko pembiayaan model standar.
            Estimasi risiko yang tinggi menyebabkan perbankan harus lebih besar mencadangkan modalnya (capital charge), sehingga bank akan kehilangan kesempatan untuk melakukan ekspansi pembiayaan dan bank juga akan kehilangan kesempatan untuk menghasilkan laba.      Dan sebaliknya jika estimasi risiko terlalu rendah, maka likuiditas bank akan terganggu yang dapat mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Oleh karena itu diperlukan model pengukuran risiko pembiayaan yang akurat.

Perumusan Masalah
1.                  Seberapa besar potensi risiko pembiayaan mudharabah dan murabahah yang harus ditanggung oleh perbankan syariah jika menggunakan model internal
2.                  Bagaimana validitas pengukuran risiko pembiayaan mudharabah dan murabahah dengan model internal
3.                  Apakah risiko pembiayaan mudharabah lebih tinggi dibandingkan risiko pembiayaan murabahah

II.  METODE PENELITIAN

Populasi dan sampel
            Populasi dalam penelitian ini adalah pembiayaan murabahah dan mudharabah pada PT Bank Muamalat Indonesia. Dengan pertimbangan bank tersebut berdiri paling lama, sehingga telah tersedia data mengenai probability of default dengan jangka waktu pembiayaan terpanjang. Dan sampel yang diambil adalah pembiayaan murabahah dan mudharabah tahun 2008.
Data Penelitian
            Data yang digunakan dalam penelitian ini  adalah data sekunder yang bersumber langsung dari data-data keuangan bank syariah (jumlah, jangka waktu, rating/ kualitas/ kolektibilitas, wilayah/ lokasi proyek, angsuran perbulan, collateral, write off pembiayaan mudharabah dan murabahah), dokumen-dokumen resmi, buku-buku pustaka, hasil penelitian, jurnal ilmiah, artikel ilmiah dan publikasi-publikasi dari instansi yang terkait yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Metode Analisis
            Dalam penelitian ini data hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan model internal (CreditMetrics) yang dimodifikasi berdasarkan karakteristik pembiayaan. Prosedur model tersebut mengikuti langkah-langkah sebagai berikut (Morgan, J.P, 1997):
1.                  Mengidentifikasikan data outstanding, jangka waktu, rating (kolektibilitas), wilayah/proyek, angsuran perbulan, collateral, write off pembiayaan mudharabah dan murabahah tiap debitur.
2.                  Membuat rating migration pembiayaan, dengan cara menghitung prosentase perpindahan rating (kolektibilitas) seluruh pembiayaan mudharabah yang terdiri atas: perpindahan kolektibilitas 1 ke kolektibilitas 1, 3, 4 dan 5 dan sebaliknya. Rating migration dibuat dalam bentuk matriks
3.                  Menentukan discount factor (r), dengan menggunakan rumus:
r =  zero forward /12 + probability of default tiap rating  …………. (1)
4.                  Menentukan Present Value outstanding pembiayaan, dengan rumus (Ross, 2005):
PVIFA = 1 - 1/(1+r)n        …………………………………………… (2)
                             r
PV = C/PVIFA     …………………………………………………… (3)
atau
PV = C/(1+r) n   ……………………………………………………… (4)
dimana:
PVIFA            :  annuity factor
PV                   :  present value outstanding pembiayaan
r                       :  discount factor
n                      :  sisa jangka waktu pembiayaan
C                     :  cashflow, yaitu angsuran pembiayaan

5.                  Menghitung recovery rate tiap pembiayaan, dengan rumus:
Recovery rate = 1 – collateral ………………………………………(5)
6.                  Menentukan potensi loss  (risiko) tiap nasabah pembiayaan, dengan rumus:
Potensi Loss =  Present Value Outstanding – (1 – recovery rate) ….(6)

III.  HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Penelitian
            Salah satu bentuk penyaluran dana pada PT Bank Muamalat Indonesia adalah berupa pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan dikelompokkan berdasarkan wilayah/ lokasi usaha sebagai berikut: wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan wilayah di luar Jawa.
Analisis Potensi Risiko Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah
            Pengukuran potensi risiko pembiayaan mudharabah dan murabahah dengan model internal dapat menggunakan pendekatan CreditMetrics, yang dikembangkan oleh J.P Morgan. Pendekatan CreditMetrics  menggunakan analisis rating migration, yaitu probabilitas perpindahan suatu kualitas pembiayaan (rating) ke kualitas pembiayaan yang lain, termasuk menjadi default selama jangka waktu tertentu.
Uji Validitas Model Pengukuran Risiko Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah
            Menurut ketentuan Bank Indonesia, model internal yang digunakan dalam mengukur risiko pembiayaan harus diuji validitas model terlebih dahulu, apakah model internal pengukuran capital charge risiko pembiayaan dapat diterima dan digunakan (valid). Pengujian validitas model dapat menggunakan alat uji Back Testing. Yaitu dengan cara membandingkan secara statistik dengan menggunakan persamaan Loglikelihood Ratio antara potensi kerugian maksimum pembiayaan (risiko pembiayaan/VaR) dengan actual loss (data historis). Nilai actual loss berupa jumlah pembiayaan yang sudah tidak dapat ditagih lagi karena telah dihapusbukukan (write off).

Analisis Komparasi Risiko Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah
     Pengukuran risiko pembiayaan dengan mengunakan model standar menghasilkan nilai risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model internal (CreditMetrics). Dengan tingkat risiko yang lebih tinggi maka bank harus menyediakan cadangan modal (capital charge) yang lebih tinggi pula. Sehingga bank kehilangan kesempatan untuk melakukan ekspansi pembiayaan dan sekaligus bank kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba.





IV.  KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1.                  PT Bank Muamalat Indonesia Tbk dalam mengukur risiko (kerugian maksimum) pembiayaan (mudharabah dan murabahah) menggunakan model standar, yaitu sebesar ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko).
2.                  Perhitungan risiko pembiayaan mudharabah dan murabahah dengan menggunakan model standar(ATMR) lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model internal (Credit Metrics). Sehingga modal yang harus dicadangkan (capital charge) juga harus lebih tinggi.
3.                  Rata-rata risiko pembiayaan mudharabah pada PT Bank Muamalat Indonesia tahun 2008 lebih tinggi dibandingkan risiko pembiayaan murabahah.
Saran
1.                  Dalam pengukuran risiko pembiayaan mudharabah maupun murabahah PT Bank Muamalat Indonesia dapat menggunakan model internal (CreditMetrics) di samping model standar sesuai seperti yang disyaratkan oleh Bank Indonesia, karena keunggulan model internal dapat mengukur risiko pembiayaan yang lebih realistis.
2.                  Apabila bank menggunakan model internal dalam pengukuran risiko pembiayaan, maka perlu dilakukan pengujian validitas model. Sehingga dapat diperoleh pengukuran yang akurat.
3.                  Risiko pembiayaan terutama pembiayaan mudharabah pada PT Bank Muamalat Indonesia dapat diminimalisir dengan menerapkan manajemen risiko yang efektif.
4.                  Saran yang dapat diberikan untuk pengembangan penelitian dalam bidang ini pada masa yang akan datang adalah, antara lain:
a.                   Pengujian model internal dalam pengukuran risiko pembiayaan dengan moderasi variabel ekonomi makro
b.                  Pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan pada perbankan syariah (pembiayaan mudharabah dan murabahah)
c.                   Pengujian pengaruh penerapan manajemen risiko pembiayaan terhadap Non Performing Financing (NPF) atau risiko pembiayaan.
d.                  Perbandingan risiko pembiayaan di Bank Syariah dengan risiko kredit di Bank Konvensional
e.                   Perbandingan risiko pembiayaan pada Bank Syariah di Indonesia dengan praktik terbaik (best practice) pada tataran internasional.

 

DAFTAR PUSTAKA


Algaoud, Latifa M. and Lewis, Mervyn K., 2001, Perbankan Syariah, terjemahan, Serambi, Jakarta.
Al-Omar, Fuad and Abdel-Haq, Mohammed, 1996, Islamic Banking: Theory, Practice and Challenges, Oxford University Press, Karachi and Zed Books Ltd., New Jersey, USA.
Ascarya dan Diana Yumanita, 2005, Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil Di Perbankan Syariah Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, Volume 8, Nomor 1, Juni 2005, Bank Indonesia, Jakarta
Arifin, Zainul, 1999, Memahami Bank Syariah, Alfabeta, Jakarta
Anonim, 2008,  Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen Tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2008, PT BANK SYARIAH MUAMALAT INDONESIA Tbk.