PENDETEKSIAN EARNINGS MANAGEMENT, UNDERPRICING
DAN PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN KEBIJAKAN INITIAL
PUBLIC OFFERING (IPO) DI INDONESIA
AMINUL AMIN
(STIE Malangkucecwara, Malang)
ABSTRACT
Earnings Management, underpricing and performance of company joining
policy of IPO draw to be studied. Differ from research Husnan ( 1996) to
research phenomenon of underpricing of moment IPO, Nasirwan ( 2002) testing
performance of pasca IPO, and Candy ( 2002) testing performance operate for and
the finance performance, this research extend examination to phenomenon of
earnings management, underpricing and company performance ( finance, market)
together.
As much 31 company
conducting IPO in Jakarta Stock Exchange in research of during period 1990 up
to 2001, with unit analysis of during 6 year consisted of 3 year before IPO and
3 year after IPO, so that there is 186 unit analysis.
Result of examination
indicate that mean discretionary accrual is positive, what indication that
company executing IPO of indication do policy of earnings management three year
before IPO and three year after IPO by playing component accruals. But
discretionary accrual before IPO and after IPO not differ, this matter indicate
that company still continue policy of earnings management at least until three
year after IPO.
Furthermore
examination to underpricing using initial return ( Rt), proving that company
executing IPO experience of underpricing on first when share traded in market
sekunder. Mean of Initial return on first of trading in capital market is
positive, even happened positive return until the third month a period of
trading, afterthat happened degradation of return by the end of year
(December).
Although there no
difference which signifikan of performance of finance before and after IPO,
result of examination prove that company executing IPO experience of
degradation of performance of finance, whereas performance of market show there
is difference of return [of] before IPO by return [is] first day [of] trading
[in] Stock Exchange Market, and there is downhill tendency after IPO especially
by the end of year.
If connected third the
above phenomenon, in general the researcher cannot prove relation between
policy earnings management, phenomenon underpricing, and the company market
performance and finance performance conducting IPO.
Keywords: Initial Public Offerings (IPO), Earnings Management,
underpricing and performance.
PENDAHULUAN
Perusahaan yang akan go public biasanya dimulai
dengan keputusan melakukan initial public offerings (IPO) yang dilakukan
di pasar perdana (primary market). Selanjutnya saham tersebut akan di
perjual-belikan di pasar modal atau disebut pasar sekunder (secondary market).
Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara
perusahaan emiten dengan penjamin emisi efek (underwriter) sebagai pihak
yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga perdana tinggi. Sebaliknya, underwriter
sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalkan risiko yang
ditanggungnya. Dalam tipe penjaminan full comitment, pihak underwriter
akan membeli saham yang tidak di jual di pasar perdana. Keadaan tersebut
membuat underwriter tidak berkeinginan untuk membeli saham yang tidak
laku dijual. Upaya yang dilakukan adalah dengan bernegosiasi dengan emiten agar
saham tersebut tidak terlalu tinggi harganya, bahkan cenderung underpriced.
Underpricing merupakan fenomena
yang menarik karena dialami oleh sebagian besar pasar modal di dunia. Karena
itu seringkali pada pasar perdana (IPO) dijumpai fenomena underpricing (Ritter,1991;
McGuinnes, 1992; Husnan, 1993; Aggrawal, et al., 1993; Ernyan dan
Husnan, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Aggrawal, et al. (1993)
menyimpulkan bahwa IPO dalam jangka pendek menunjukkan terjadinya underpricing,
tetapi dalam jangka panjang terjadi return yang negatif. Underpricing ini
di satu pihak menguntungkan investor tetapi di pihak lain akan merugikan emiten
karena dana yang dikumpulkan tidak maksimal. Penurunan kinerja yang terjadi
dalam jangka panjang akan merugikan investor karena akan memperoleh return yang
negatif. Menurut Ritter (1991) faktor yang bisa menjelaskan terjadinya
penurunan kinerja (underperformance) tersebut adalah kesalahan dalam
pengukuran risiko, bad luck, dan terlalu optimisnya investor terhadap
prospek perusahaan.
PERMASALAHAN PENELITIAN
Penurunan kinerja pasca IPO sebenarnya merupakan hal
logis, mengingat sikap oportunistik manajemen, karena kesuperiorannya dalam
penguasaan informasi dibanding pasar, dengan melakukan manipulasi terhadap kinerja.
Manipulasi ini dilakukan sebagai upaya untuk memberikan informasi kinerja yang
“lebih baik” agar pasar merespon kebijakan IPO secara positif. Namun upaya
manipulasi ini biasanya tidak bisa dilakukan dalam jangka panjang, sehingga
perusahaan akan mengalami penurunan kinerja. Maka berdasarkan kondisi dan fakta
tersebut, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah perusahaan yang
melakukan IPO terindikasi melakukan kebijakan earnings management?
2. Apakah perusahaan yang melakukan IPO
mengalami underpricing?
3. Apakah perusahaan yang
melakukan IPO akan mengalami penurunan kinerja dalam jangka panjang?
4. Apakah ada hubungan
antara kebijakan earnings management, underpricing, dengan penurunan kinerja perusahaan jangka panjang?
TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mendeteksi adanya
kebijakan earnings management yang meneyertai pelaksanaan IPO.
2. Mendeteksi fenomena underpricing
pada hari pertama pelaksanaan IPO.
3. Menguji kinerja
perusahaan pasca IPO.
4. Menguji pola hubungan
kebijakan earnings management, underpricing dengan kinerja perusahaan.
Hasil penelitian ini
diharapkan akan memberikan manfaat:
1. Dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan bagi emiten, khususnya yang berkaitan dengan
informasi bila akan melakukan penawaran perdana (IPO) untuk memperoleh harga
yang terbaik.
2. Bagi investor dan
calon investor yang tertarik menanamkan modalnya melalui pasar modal, maka
hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan dalam mempertimbangkan
keputusan investasi.
3. Bagi peneliti yang concern
terhadap fenomena IPO, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna
sebagai bahan referensi penelitian berikutnya.
4. Penenlitian bermanfaat
bagi pengembangan teori-teori: windows of opportunity, agency theory,
asimetric information, earnings management, dan pengukuran kinerja
perusahaan khususnya yang melakukan kebijakan IPO.
METODE PENELITIAN
1. Disain Penelitian
Obyek penelitian dilakukan terhadap perusahaan yang
melakukan IPO mulai tahun 1990 sampai dengan tahun 2001. Pengujiannya
menggunakan rentang waktu sebelum dan sesudah pelaksanaan IPO. Fenomena yang
diuji meliputi kebijakan earnings management, fenomena underpricing,
dan penurunan kinerja keuangan dan kinerja saham.
Earnings management, dapat
dilihat dengan adanya discretionary accrual (DA) yang positif pada tahun
sebelum pelaksanaan IPO dan discretionary accrual (DA) yang negatif
pasca IPO. Demikian juga indikasi fenomena underpricing yang menyertai
pelaksanaan IPO bahwa perusahaan yang melakukan IPO cenderung mengalami underpricing
pada hari pertama perdagangan di bursa.
2. Populasi dan Metode
Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan initial
public offerings (IPO) di pasar modal Indonesia. Sebanyak 31 perusahaan
terpilih sebagai anggota sampel dengan unit pengamatan selama 6 tahun yang
terdiri dari 3 tahun sebelum IPO dan 3 tahun setelah IPO, sehingga ada 186
pengamatan. Pemilihan sampel didasarkan pada keriteria-keriteria tertentu (purposive),
yaitu: (1) perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang melakukan IPO antara
tahun 1990 sampai dengan 2001; (2) data yang ada lengkap untuk tahun 1988 (tiga
tahun sebelum IPO tahun 1990) sampai dengan tahun 2004 (tiga tahun setelah IPO
tahun 2001).
3. Variabel dan
Pengukuran
Variabel dalam penelitian ini
adalah earnings management, underpricing, kinerja saham, kinerja
keuangan. Definisi dan pengukuran masing-masing variabel dijelaskan sebagai
berikut:
1) Variabel Earnings
Management
Earnings management adalah
merupakan intervensi langsung manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan
maksud mendapat keuntungan atau manfaat tertentu, baik bagi manajer maupun
perusahaan.
2) Variabel Underpricing
Underpricing dalam penelitian didefinisikan
sebagai penentuan harga saham di pasar perdana lebih rendah daripada harga di
pasar sekunder untuk saham yang sama. Underpricing diukur dengan initial
return yang dikembangkan oleh Alli dan Yung (1994) dan Ernyan dan Husnan (2002),
merupakan return awal yang diterima oleh investor yaitu selisih antara
harga penutupan saham (closing price) pada hari pertama perdagangan di
bursa dengan harga di pasar perdana dibagi dengan harga perdana.
3) Variabel Kinerja
Perusahaan
Variabel kinerja
perusahaan adalah hasil yang telah dicapai oleh perusahaan setelah melakukan
IPO. Kinerja perusahaan dalam penelitian ini diproksikan sebagai kinerja
keuangan dan kinerja saham. Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental
perusahaan dan akan diukur dengan menggunakan data fundamental perusahaan.
Sedangkan kinerja saham akan mereflekesikan kinerja pasar perusahaan dan akan
diukur dengan menggunakan nilai pasar saham perusahaan yang beredar di pasar
modal.
HASIL-HASIL PENELITIAN
1. Pengujian Hipotesis
1 (H1)
Untuk menguji hipotesis1 menggunakan uji beda Paired
Sample Test yaitu menguji kemampuan generalisasi rata-rata dua sample yang
tidak saling berhubungan (Sugiyono 2002). Uji beda dua rata-rata dengan
menggunakan paired sample test untuk membandingkan discretionary
accruals (DAit) perusahaan sebelum IPO dengan discretionary
accruals (DAit) perusahaan setelah IPO.
Jika benar ada perbedaan discretionary accruals (DAit),
maka t-test dan wilcoxon test akan mengindikasikan bahwa DAit)
perusahaan sebelum IPO lebih tinggi dibandingkan discretionary accruals (Dait)
perusahaan setelah IPO. Wilcoxon test digunakan untuk mengetahui
besarnya selisih angka yang bertanda negatif dan angka yang bertanda positif
dengan tingkat keyakinan 5 persen. Ketentuan untuk pengambilan keputusan bila
signifikansi < 0,05 maka H0 ditolah dan Ha diterima.
2. Pengujian Hipotesis
2 (H2)
Untuk menguji hipotesis tersebut menggunakan uji beda One
Sample Test apakah initial return (Ri,t) berbeda secara signifikan
atau tidak dengan rata-rata initial return (Rt)
selama pengamatan. One sample test digunakan untuk melihat nilai underpricing
selama pengamatan pada hari pertama perdagangan di bursa. Apakah nilai underpricing
tersebut benar-benar berbeda dari nilai estimasi. Ketentuan untuk
pengambilan keputusan bila signifikansi < 0,05 maka H0 ditolah
dan Ha diterima.
3. Pengujian Hipotesis
4 (H3)
Untuk menguji hipotesis 3 (H3) menggunakan anaisis korelasi
product moment (pearson’s), yaitu untuk menguji hubungan antara earnings
management, underpricing, kinerja keuangan dan kinerja saham.
Koefisien korelasi (r) di gunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara
ketiga variabel, yaitu: earnings management, underpricing,
kinerja keuangan dan kinerja saham. Ketentuan untuk pengambilan keputusan bila
signifikansi < 0,05 maka H0 ditolah dan Ha diterima.
SIMPULAN
Rata-rata nilai discretionary accrual (DA) positif
mengindikasikan bahwa perusahaan yang melaksanakan IPO terindikasi melakukan
kebijakan earnings management tiga tahun sebelum pelaksanaan IPO dan
tiga tahun setelah pelaksanaan IPO dengan cara memainkan komponen-komponen accruals.
Namun jika dilihat perbedaan DA sebelum pelaksanaan IPO dan setelah pelaksanaan
IPO, perbedaannya tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan masih
melanjutkan kebijakan earnings management sampai tiga tahun setelah IPO.
Hasil pengujian underpricing yang menggunakan initial
return (Rt)
telah membuktikan bahwa perusahaan yang melaksanakan IPO mengalami underpricing
pada hari pertama ketika saham diperdagangkan di pasar sekunder (pasar
modal). Rata-rata initial return pada hari pertama perdagangan di pasar
modal adalah positif, bahkan terjadi return positif sampai bulan ketiga
masa perdagangan, setelah itu terjadi penurunan return pada akhir tahun
(Desember).
Hasil pengujian perbedaan kinerja keuangan sebelum IPO
dan sesudah IPO tidak ada perbedaan yang signifikan, namun perusahaan yang
melaksanakan IPO mengalami penurunan kinerja keuangan dan kinerja saham dalam
jangka panjang (satu atau beberapa tahun) setelah IPO. Sementara kinerja pasar
menunjukkan ada perbedaan return sebelum IPO dengan return hari
pertama perdagangan di Bursa Efek, dan ada kecenderungan menurun setelah IPO
terutama pada akhir tahun.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa hubungan ketiga
variabel earnings management, underpricing secara umum tidak
signifikan. Secara keseluruhan peneliti tidak dapat membuktikan hipotesis
ketiga yang menyatakan ada hubungan antara kebijakan earnings management,
fenomena underpricing, dan penurunan kinerja keuangan dan kinerja saham
dalam jangka panjang (satu atau beberapa tahun) setelah IPO.
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, R., dan Rivoli,
P., 1990. Fads in the Initial Public Offering Market?. Financial Management.
Vol. 19. hal.45-57
Agrawal, R., Leal, L.,
dan Hermandez, L., 1993. The Aftermarket Performance of Initial Public
Offerings in Ltin America. Financial Management. Vol. 22. hal.42-53
Allen, F., dan Faulhaber,
G.R., 1989. Signalling by Underpricing in the IPO Market. Journal of
Financial Economics. Vol. 23. hal.303-323
Alli, K.J., You and K.
Yung, 1994. The Underpricing of IPOs of Financial Institutions. Journal of
Business Finance and Accounting. Vol 21. No 7. hal.1013-1030
Ali, S., Jogiyanti, H.M.,
2001. Analisis Pengaruh Metode Akuntansi terhadap Tingkat Underpricing Saham
Perdana. Kumpulan Makalah SNA IV. hal.744-760
Aharony, Joseph,
Chan-Jane Lin, dan Martin P. Loeb, 1993. Initial Public Offerings, Accounting
Choices, and Earnings Management. Contemporary Accounting Research. Vol
10. No 1. hal.61-68
Ayres, F.L., 1994.
Peception of Earnings Quality: What Managers Need to Know. Journal of
Management Accounting. Vol. 8. hal.27-29
Baron, D.P., 1986. A
Model of the Demand for Investment Banking and Advising and Distribution
Services for New Issuers. Journal of Finance. Vol 37. No. 4. hal.955-975
Barry, C.B., and Jennings,
R.H., 1993. The Opening Price Performance of Initial Public Offerings of Common
Stock. Journal of Financial Management. Hal.54-63
Tidak ada komentar:
Posting Komentar