Kamis, 08 Maret 2012

Tugas Aspek Hukum Dalam Ekonomi (PENDETEKSIAN EARNINGS MANAGEMENT, UNDERPRICING DAN PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN KEBIJAKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI INDONESIA)


PENDETEKSIAN EARNINGS MANAGEMENT, UNDERPRICING DAN PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN KEBIJAKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI INDONESIA

AMINUL AMIN
(STIE Malangkucecwara, Malang)

ABSTRACT

            Earnings Management, underpricing and performance of company joining policy of IPO draw to be studied. Differ from research Husnan ( 1996) to research phenomenon of underpricing of moment IPO, Nasirwan ( 2002) testing performance of pasca IPO, and Candy ( 2002) testing performance operate for and the finance performance, this research extend examination to phenomenon of earnings management, underpricing and company performance ( finance, market) together.
            As much 31 company conducting IPO in Jakarta Stock Exchange in research of during period 1990 up to 2001, with unit analysis of during 6 year consisted of 3 year before IPO and 3 year after IPO, so that there is 186 unit analysis.
            Result of examination indicate that mean discretionary accrual is positive, what indication that company executing IPO of indication do policy of earnings management three year before IPO and three year after IPO by playing component accruals. But discretionary accrual before IPO and after IPO not differ, this matter indicate that company still continue policy of earnings management at least until three year after IPO.
            Furthermore examination to underpricing using initial return ( Rt), proving that company executing IPO experience of underpricing on first when share traded in market sekunder. Mean of Initial return on first of trading in capital market is positive, even happened positive return until the third month a period of trading, afterthat happened degradation of return by the end of year (December).
            Although there no difference which signifikan of performance of finance before and after IPO, result of examination prove that company executing IPO experience of degradation of performance of finance, whereas performance of market show there is difference of return [of] before IPO by return [is] first day [of] trading [in] Stock Exchange Market, and there is downhill tendency after IPO especially by the end of year.
            If connected third the above phenomenon, in general the researcher cannot prove relation between policy earnings management, phenomenon underpricing, and the company market performance and finance performance conducting IPO.

Keywords: Initial Public Offerings (IPO), Earnings Management, underpricing and performance.


PENDAHULUAN

            Perusahaan yang akan go public biasanya dimulai dengan keputusan melakukan initial public offerings (IPO) yang dilakukan di pasar perdana (primary market). Selanjutnya saham tersebut akan di perjual-belikan di pasar modal atau disebut pasar sekunder (secondary market). Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan penjamin emisi efek (underwriter) sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga perdana tinggi. Sebaliknya, underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalkan risiko yang ditanggungnya. Dalam tipe penjaminan full comitment, pihak underwriter akan membeli saham yang tidak di jual di pasar perdana. Keadaan tersebut membuat underwriter tidak berkeinginan untuk membeli saham yang tidak laku dijual. Upaya yang dilakukan adalah dengan bernegosiasi dengan emiten agar saham tersebut tidak terlalu tinggi harganya, bahkan cenderung underpriced.
            Underpricing merupakan fenomena yang menarik karena dialami oleh sebagian besar pasar modal di dunia. Karena itu seringkali pada pasar perdana (IPO) dijumpai fenomena underpricing (Ritter,1991; McGuinnes, 1992; Husnan, 1993; Aggrawal, et al., 1993; Ernyan dan Husnan, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Aggrawal, et al. (1993) menyimpulkan bahwa IPO dalam jangka pendek menunjukkan terjadinya underpricing, tetapi dalam jangka panjang terjadi return yang negatif. Underpricing ini di satu pihak menguntungkan investor tetapi di pihak lain akan merugikan emiten karena dana yang dikumpulkan tidak maksimal. Penurunan kinerja yang terjadi dalam jangka panjang akan merugikan investor karena akan memperoleh return yang negatif. Menurut Ritter (1991) faktor yang bisa menjelaskan terjadinya penurunan kinerja (underperformance) tersebut adalah kesalahan dalam pengukuran risiko, bad luck, dan terlalu optimisnya investor terhadap prospek perusahaan.

PERMASALAHAN PENELITIAN

            Penurunan kinerja pasca IPO sebenarnya merupakan hal logis, mengingat sikap oportunistik manajemen, karena kesuperiorannya dalam penguasaan informasi dibanding pasar, dengan melakukan manipulasi terhadap kinerja. Manipulasi ini dilakukan sebagai upaya untuk memberikan informasi kinerja yang “lebih baik” agar pasar merespon kebijakan IPO secara positif. Namun upaya manipulasi ini biasanya tidak bisa dilakukan dalam jangka panjang, sehingga perusahaan akan mengalami penurunan kinerja. Maka berdasarkan kondisi dan fakta tersebut, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah perusahaan yang melakukan IPO terindikasi melakukan kebijakan earnings            management?
2.  Apakah perusahaan yang melakukan IPO mengalami underpricing?
3. Apakah perusahaan yang melakukan IPO akan mengalami penurunan kinerja dalam  jangka panjang?
4. Apakah ada hubungan antara kebijakan earnings management, underpricing, dengan   penurunan kinerja perusahaan jangka panjang?

TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeteksi adanya kebijakan earnings management yang meneyertai pelaksanaan IPO.
2. Mendeteksi fenomena underpricing pada hari pertama pelaksanaan IPO.
3. Menguji kinerja perusahaan pasca IPO.
4. Menguji pola hubungan kebijakan earnings management, underpricing dengan kinerja perusahaan.
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat:
1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi emiten, khususnya yang berkaitan dengan informasi bila akan melakukan penawaran perdana (IPO) untuk memperoleh harga yang terbaik.
2. Bagi investor dan calon investor yang tertarik menanamkan modalnya melalui pasar modal, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan dalam mempertimbangkan keputusan investasi.
3. Bagi peneliti yang concern terhadap fenomena IPO, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi penelitian berikutnya.
4. Penenlitian bermanfaat bagi pengembangan teori-teori: windows of opportunity, agency theory, asimetric information, earnings management, dan pengukuran kinerja perusahaan khususnya yang melakukan kebijakan IPO.

METODE PENELITIAN

1. Disain Penelitian
            Obyek penelitian dilakukan terhadap perusahaan yang melakukan IPO mulai tahun 1990 sampai dengan tahun 2001. Pengujiannya menggunakan rentang waktu sebelum dan sesudah pelaksanaan IPO. Fenomena yang diuji meliputi kebijakan earnings management, fenomena underpricing, dan penurunan kinerja keuangan dan kinerja saham.
            Earnings management, dapat dilihat dengan adanya discretionary accrual (DA) yang positif pada tahun sebelum pelaksanaan IPO dan discretionary accrual (DA) yang negatif pasca IPO. Demikian juga indikasi fenomena underpricing yang menyertai pelaksanaan IPO bahwa perusahaan yang melakukan IPO cenderung mengalami underpricing pada hari pertama perdagangan di bursa.
2. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel
            Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan initial public offerings (IPO) di pasar modal Indonesia. Sebanyak 31 perusahaan terpilih sebagai anggota sampel dengan unit pengamatan selama 6 tahun yang terdiri dari 3 tahun sebelum IPO dan 3 tahun setelah IPO, sehingga ada 186 pengamatan. Pemilihan sampel didasarkan pada keriteria-keriteria tertentu (purposive), yaitu: (1) perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang melakukan IPO antara tahun 1990 sampai dengan 2001; (2) data yang ada lengkap untuk tahun 1988 (tiga tahun sebelum IPO tahun 1990) sampai dengan tahun 2004 (tiga tahun setelah IPO tahun 2001).
3. Variabel dan Pengukuran
            Variabel dalam penelitian ini adalah earnings management, underpricing, kinerja saham, kinerja keuangan. Definisi dan pengukuran masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut:
1) Variabel Earnings Management
            Earnings management adalah merupakan intervensi langsung manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan maksud mendapat keuntungan atau manfaat tertentu, baik bagi manajer maupun perusahaan.
2) Variabel Underpricing
            Underpricing dalam penelitian didefinisikan sebagai penentuan harga saham di pasar perdana lebih rendah daripada harga di pasar sekunder untuk saham yang sama. Underpricing diukur dengan initial return yang dikembangkan oleh Alli dan Yung (1994) dan Ernyan dan Husnan (2002), merupakan return awal yang diterima oleh investor yaitu selisih antara harga penutupan saham (closing price) pada hari pertama perdagangan di bursa dengan harga di pasar perdana dibagi dengan harga perdana.
3) Variabel Kinerja Perusahaan
Variabel kinerja perusahaan adalah hasil yang telah dicapai oleh perusahaan setelah melakukan IPO. Kinerja perusahaan dalam penelitian ini diproksikan sebagai kinerja keuangan dan kinerja saham. Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan dan akan diukur dengan menggunakan data fundamental perusahaan. Sedangkan kinerja saham akan mereflekesikan kinerja pasar perusahaan dan akan diukur dengan menggunakan nilai pasar saham perusahaan yang beredar di pasar modal.

HASIL-HASIL PENELITIAN

1. Pengujian Hipotesis 1 (H1)
            Untuk menguji hipotesis1 menggunakan uji beda Paired Sample Test yaitu menguji kemampuan generalisasi rata-rata dua sample yang tidak saling berhubungan (Sugiyono 2002). Uji beda dua rata-rata dengan menggunakan paired sample test untuk membandingkan discretionary accruals (DAit) perusahaan sebelum IPO dengan discretionary accruals (DAit) perusahaan setelah IPO.
            Jika benar ada perbedaan discretionary accruals (DAit), maka t-test dan wilcoxon test akan mengindikasikan bahwa DAit) perusahaan sebelum IPO lebih tinggi dibandingkan discretionary accruals (Dait) perusahaan setelah IPO. Wilcoxon test digunakan untuk mengetahui besarnya selisih angka yang bertanda negatif dan angka yang bertanda positif dengan tingkat keyakinan 5 persen. Ketentuan untuk pengambilan keputusan bila signifikansi < 0,05 maka H0 ditolah dan Ha diterima.
2. Pengujian Hipotesis 2 (H2)
            Untuk menguji hipotesis tersebut menggunakan uji beda One Sample Test apakah initial return (Ri,t) berbeda secara signifikan atau tidak dengan rata-rata initial return (Rt) selama pengamatan. One sample test digunakan untuk melihat nilai underpricing selama pengamatan pada hari pertama perdagangan di bursa. Apakah nilai underpricing tersebut benar-benar berbeda dari nilai estimasi. Ketentuan untuk pengambilan keputusan bila signifikansi < 0,05 maka H0 ditolah dan Ha diterima.
3. Pengujian Hipotesis 4 (H3)
            Untuk menguji hipotesis 3 (H3) menggunakan anaisis korelasi product moment (pearson’s), yaitu untuk menguji hubungan antara earnings management, underpricing, kinerja keuangan dan kinerja saham. Koefisien korelasi (r) di gunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara ketiga variabel, yaitu: earnings management, underpricing, kinerja keuangan dan kinerja saham. Ketentuan untuk pengambilan keputusan bila signifikansi < 0,05 maka H0 ditolah dan Ha diterima.
SIMPULAN

            Rata-rata nilai discretionary accrual (DA) positif mengindikasikan bahwa perusahaan yang melaksanakan IPO terindikasi melakukan kebijakan earnings management tiga tahun sebelum pelaksanaan IPO dan tiga tahun setelah pelaksanaan IPO dengan cara memainkan komponen-komponen accruals. Namun jika dilihat perbedaan DA sebelum pelaksanaan IPO dan setelah pelaksanaan IPO, perbedaannya tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan masih melanjutkan kebijakan earnings management sampai tiga tahun setelah IPO.
            Hasil pengujian underpricing yang menggunakan initial return (Rt) telah membuktikan bahwa perusahaan yang melaksanakan IPO mengalami underpricing pada hari pertama ketika saham diperdagangkan di pasar sekunder (pasar modal). Rata-rata initial return pada hari pertama perdagangan di pasar modal adalah positif, bahkan terjadi return positif sampai bulan ketiga masa perdagangan, setelah itu terjadi penurunan return pada akhir tahun (Desember).
            Hasil pengujian perbedaan kinerja keuangan sebelum IPO dan sesudah IPO tidak ada perbedaan yang signifikan, namun perusahaan yang melaksanakan IPO mengalami penurunan kinerja keuangan dan kinerja saham dalam jangka panjang (satu atau beberapa tahun) setelah IPO. Sementara kinerja pasar menunjukkan ada perbedaan return sebelum IPO dengan return hari pertama perdagangan di Bursa Efek, dan ada kecenderungan menurun setelah IPO terutama pada akhir tahun.
            Hasil pengujian menunjukkan bahwa hubungan ketiga variabel earnings management, underpricing secara umum tidak signifikan. Secara keseluruhan peneliti tidak dapat membuktikan hipotesis ketiga yang menyatakan ada hubungan antara kebijakan earnings management, fenomena underpricing, dan penurunan kinerja keuangan dan kinerja saham dalam jangka panjang (satu atau beberapa tahun) setelah IPO.

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, R., dan Rivoli, P., 1990. Fads in the Initial Public Offering Market?. Financial Management. Vol. 19. hal.45-57
Agrawal, R., Leal, L., dan Hermandez, L., 1993. The Aftermarket Performance of Initial Public Offerings in Ltin America. Financial Management. Vol. 22. hal.42-53
Allen, F., dan Faulhaber, G.R., 1989. Signalling by Underpricing in the IPO Market. Journal of Financial Economics. Vol. 23. hal.303-323
Alli, K.J., You and K. Yung, 1994. The Underpricing of IPOs of Financial Institutions. Journal of Business Finance and Accounting. Vol 21. No 7. hal.1013-1030
Ali, S., Jogiyanti, H.M., 2001. Analisis Pengaruh Metode Akuntansi terhadap Tingkat Underpricing Saham Perdana. Kumpulan Makalah SNA IV. hal.744-760
Aharony, Joseph, Chan-Jane Lin, dan Martin P. Loeb, 1993. Initial Public Offerings, Accounting Choices, and Earnings Management. Contemporary Accounting Research. Vol 10. No 1. hal.61-68
Ayres, F.L., 1994. Peception of Earnings Quality: What Managers Need to Know. Journal of Management Accounting. Vol. 8. hal.27-29
Baron, D.P., 1986. A Model of the Demand for Investment Banking and Advising and Distribution Services for New Issuers. Journal of Finance. Vol 37. No. 4. hal.955-975
Barry, C.B., and Jennings, R.H., 1993. The Opening Price Performance of Initial Public Offerings of Common Stock. Journal of Financial Management. Hal.54-63

Tidak ada komentar:

Posting Komentar